Sunday, July 31, 2016

Tradisi Mudik Lebaran Bangsa Indonesia

MAKALAH
Ilmu Budaya Dasar
“Tradisi Mudik Lebaran Bangsa Indonesia”





Dibuat Oleh :
Rizka Aulia Fazri (56415122)
Kelas 1IA08




FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Edi Fakhri




Kata Pengantar
            Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun Tugas Ilmu Budaya Dasar ini dengan baik dan tepat waktu.
            Seperti yang kita ketahui, mudik sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia (Muslim) ketika lebaran tiba, yang diadakan setahun sekali.
            Tugas ini saya buat untuk memberikan  penjelasan tentang tradisi mudik, sebab akibat mudik dan beberapa tradisi pengikutnya.
            Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun  makalah ini. Oleh karena itu,  kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, Bapak Edi Fakhri.
            Atas perhatian dan waktu Bapak, saya sampaikan banyak terima kasih.

                                                                                                               Depok, 31 Juli 2016


                                                                                                                          Penyusun








DAFTAR ISI

Kata Pengantar    ………………………………………………………………..  i
Daftar Isi   ………………………………………………………………………    ii
Bab I       PENDAHULUAN   ………………………………………………….    1
          1.1  Latar Belakang  ……………………………………………………...    1
          1.2  Rumusan Masalah …………………………………………………...    2
          1.3  Tujuan Masalah   …………………………………………………….    2
Bab II      PEMBAHASAN  …………………………………………………….    3
          2.1  Pengertian Mudik ……………………………………..    3
          2.2  Dampak yang diakibatkan oleh tradisi mudik ………………….....................    4
Bab III    PENUTUP  ……………………………………………………………   7
          3.1  Kesimpulan  ………………………………………………………….   7
          3.2  Saran  …………………………………………………………………  7
Daftar Pustaka   ………………………………………………………………. … 8








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Islam merupakan agama dengan penganut terbanyak di Negara Indonesia, jadi tidak heran bahwa banyak sekali masyarakat yang merayakan hari besar umat Muslim yaitu lebaran. Mudik sudah menjadi tradisi yang dilakukan sejak dulu kala oleh para umat muslim. Pada awalnya “Mudik” merupakan istilah yang digunakan oleh orang-orang Jawa, yang kemudian menjadi populer ditelinga masyarakat Indonesia. Istilah ini berasal dari kata “udik” yang berarti arah hulu sungai, pegunungan, atau kampung/desa. Orang yang pulang ke kampung disebut “me-udik”, yang kemudian dipersingkat menjadi mudik.
            Kata “mudik” juga punya arti naik yang dapat dimaknai secara spiritual, yakni upaya menaikkan spiritualitas kita agar lebih tinggi lagi setelah sekian waktu berada dalam kehidupan metropolitan dan kehilangan spiritualitas, karena dipenuhi persaingan dan pola hidup materialistik. Secara psikologis, mudik memberi sumber kekuatan mental baru.         
            Tidak ada kegiatan yang tidak menghasilkan dampak, begitu juga mudik ini. Sering kita dengan tentang keluhan atau dampak tidak baik dari tradisi ini seperti kemacetan, korban meninggal dunia di jalan raya, dan lain lain.
            Dalam makalah yang sederhana ini, Penulis memaparkan fenomena yang terjadi dalam situasi mudik. Yang ternyata, ritual tahunan ini begitu banyak menyimpan ketimpangan sosial bagi masyarakat, yang memang telah dianggap sebagai suatu hal yang biasa terjadi menjelang Lebaran. Seperti arus kemacetan yang terjadi, tidak sempurnanya keadaan jalan, ekonomi, dan fenomena-fenomena lainnya.









1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa  pengertian Mudik?
2.      Apa dampak negative dari mudik?
3.      Bagaimana cara menanggulangi keadaan yang selalu terjadi setiap tahunnya ini?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian mudik
2.      Mengetahui dampak negative yang ditimbulkan dari mudik
3.      Mengetahui cara menanggulangi keadaan/tradisi mudik






















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mudik
      Kata “mudik” punya arti naik yang dapat dimaknai secara spiritual, yakni upaya menaikkan spiritualitas kita agar lebih tinggi lagi setelah sekian waktu berada dalam kehidupan metropolitan dan kehilangan spiritualitas, karena dipenuhi persaingan dan pola hidup materialistik. Secara psikologis, mudik memberi sumber kekuatan mental baru.
            Mudik merupakan istilah yang digunakan oleh orang-orang Jawa, yang kemudian menjadi populer ditelinga masyarakat Indonesia. Istilah ini berasal dari kata “udik” yang berarti arah hulu sungai, pegunungan, atau kampung/desa. Orang yang pulang ke kampung disebut “me-udik”, yang kemudian dipersingkat menjadi mudik.
2.2 Fenomena Mudik
            Fenomena mudik selalu terjadi setiap tahun menjelang Idul Fitri. Hal itu juga terjadi di Cina, menjelang Imlek, dan beberapa Negara ketika menjelang Natal. Mobilitas penduduk, pada saat-saat itu seperti meningkat pesat. Di Indonesia, terjadi arus luar biasa setiap tahun menjelang Idul Fitri, khususnya dari Jakarta ke seantero Indonesia.
Inilah sebuah fenomena yang terjadi setiap tahun, yang selalu luput dari penyelesaian. Pada akhirnya mudik menjadi hal yang membahagiakan tujuannya dan penderitaan fisik pada kenyataannya karena hal-hal yang dilalui oleh pemudik.
            Mudik juga bisa menjadi semacam terapi yang menguatkan hubungan kekeluargaan. Dalam aspek psikologis, mudik akan membangkitkan kesegaran dan tenaga baru bila mereka kembali bekerja di kota. Oleh karena itu mudik Lebaran, selain menjadi tradisi tahunan, juga memiliki efek perbaikan hidup atau terapi untuk rasa kehilangan bagi mereka yang hidup jauh dari orang tua dan keluarga.
            Sebaliknya, fenomena mudik sering dijadikan sebagai media untuk menunjukkan sukses di kota. Status sosial yang diperoleh perlu diketahui oleh sanak-keluarga. Maka mereka pun ikut mudik dengan kendaraan sendiri. Anehnya, ternyata tarikan sosiologis serupa sangat kuat, sebab tidak sedikit orang kota yang mudik sambil bersandiwara. Mereka datang dengan mobil pribadi, walau harus menyewa dari rental.
Pada dasarnya, orang-orang memutuskan untuk mudik untuk pulang ke kampong halaman atau berkumpul dengan keluarga besar untuk menyambut hari kemenangan. Namun pada kenyataannya yang ada, sejak beberapa tahun lalu, beberapa kasus kecelakaan di jalan raya oleh para pemudik tidak bisa dihindari. Banyaknya angka kecelakaan dan korban jiwa sangat sulit dihindari setiap tahunnya. Kemacetan yang diciptakan ketika menjelang lebaran karna alasan mudikpun tidak bisa dihidari, seperti kasus mudik tahun ini karna kemacetan yang sangat parah menghasilkan beberapa korban jiwa.    

            Terkadang mereka rela antri dan memaksakan diri untuk membeli tiket baik bus maupun kereta atau bahkan rela menyewa mobil beberapa hari untuk mudik.. Tak bisa dipungkiri, mudik merupakan tradisi rumit yang membutuhkan persiapan fisik mental dan tidak lupa tetap memegang azas keamanan dan keselamatan dalam perjalanan.
            Ada lebaran ada mudik, seperti itulah mungkin pola piker bagi beberapa orang Indonesia yang selalu rutin melalkukan mudik. Di balik tradisi mudik yang dianggap sebagai kearifan budaya bangsa Indonesia, terkuak pula tabir ketimpangan social yang luar biasa. Tradisi ini seringkali memunculkan fenomena yang bertentangan dengan akal sehat. Di sisi lain, kegairahan mereka yang merayakan hari kemenangan pertempuran rohani lewat ibadah shaum sebulan penuh, dimanfaatkan dengan begitu baik oleh kalangan pebisnis untuk merangsang pola konsumtif yang meledak-ledak. Suasana Lebaran tampaknya selalu menjadi ajang di mana orang merasa harus meningkatkan arus belanjanya secara berlipat. Mudik benar-benar menjadi dilema, dimana hasrat pemudik begitu menggebu-gebu ingin sampai kampung halaman bertemu sanak keluarga. Namun justru ritus inilah yang seringkali membuat kemacetan, kriminalitas, dan kecelakaan lalu lintas meningkat dimana-mana. Belum lagi, instabilitas ekonomi yang tercipta akibat ulah pengusaha yang mencari untung dari tradisi tahunan ini.
            Sayangnya, sebagian besar orang masih memandang tradisi mudik ini positif, dan membiarkan segala kerumitannya menjadi hal yang biasa. Padahal, jika dianalisis, tradisi ini justru secara gamblang menelanjangi berbagai masalah dan ketimpangan sosial di negeri ini. Fenomena-fenomena yang terjadi diantaranya,
Pertama, fenomena lengangnya kota-kota besar dan ramainya desa-desa. Ini menunjukkan, beban berat kota besar di Indonesia khususnya Jakarta sebagai pusat ibu kota, selama ini disebabkan oleh menumpuknya jutaan manusia di sana. Mengapa tradisi mudik lebaran menjadi sangat fenomenal di negeri ini? Ini terkait dengan politik pembangunan.
Mudik terjadi karena terpusatnya kegiatan kehidupan di kota dan melemahnya fungsi kehidupan di desa. Fungsi-fungsi kota di daerah tidak diberdayakan secara optimal sehingga orang memilih memburu kehidupan dan mencari pekerjaan di kota-kota besar. Padahal kota besar seperti Jakarta belum tentu menjanjikan dan tak seindah yang mereka bayangkan. Betapa kehidupan metropolitan sangat keras dan kejam bagi mereka yang tak memiliki keahlian dan keterampilan. Arus urbanisasi ini meningkatkan angka kemiskinan yang signifikan. Bisa terlihat, dari tahun ke tahun, Jakarta dipenuhi sesak oleh pendatang baru yang berdatangan mengadu nasib untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Kenyataannya, justru sebaliknya mereka kebanyakan terlunta-lunta di jalanan menjadi tunawisma dan pengemis.
            Kedua, fenomena manajemen transportasi yang semrawut serta kurang optimalnya infrastruktur transportasi yang ada. Baik di darat, laut, maupun udara. Ataupun masalah jalur mudik yang dilalui, jalanan macet, dan armada yang tak mencukupi. Jumlah pemudik dan armada yang ada cenderung tidak seimbang. Kenyamanan pemudik di perjalanan masih menjadi sesuatu yang mahal dan sulit dimiliki karena berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal berkaitan dengan kondisi pemudik. Kenyamanan pemudik hanya dapat dirasakan bagi mereka yang berduit dan membeli tiket eksekutif, sedangkan orang-orang menengah ke bawah yang membeli tiket ekonomi kenyamanan mereka masih jauh dari harapan. Faktor internal yang lain ialah hasrat pemudik yang ingin cepat-cepat sampai tempat tujuan tanpa memperhatikan lagi keselamatan diri. Itulah sebabnya mengapa korban-korban kecelakaan terus berjatuhan dalam arus mudik dan balik. Telah tercatat pada arus mudik-balik tahun 2008 ini, banyak sekali kecelakaan lalu lintas yang tak terkendali, terutama pada H+1. Kendaraan yang sering mengalami kecelakaan yaitu kendaraan roda dua.
Sedangkan faktor eksternalnya antara lain minimnya armada kendaraan yang nyaman bagi pemudik. Kenyamanan itu harus dibeli dengan mahal dan mewah. Sementara warga kelas ekonomi pas-pasan berjuang keras mendapatkan keamanan dan kenyamanan. Bahkan tak jarang mereka tak peduli kenyamanan dan keselamatan diri ‘asalkan bisa terangkut’ sampai tujuan.
            Ketiga, instabilitas ekonomi dan keamanan. Membumbungnya bahan-bahan kebutuhan pokok menjadi hal yang biasa berulang tanpa kendali setiap tahun menjelang Lebaran. Fenomena ini barangkali hanya terjadi di Indonesia. Padahal, akibat kenaikan bahan-bahan pokok ini mengakibatkan angka kriminalitas semakin tinggi. Semakin terhimpit ekonomi seseorang, semakin pendek akal pikiran sehingga terpaksa melakukan tindak kriminal. Karena kejahatan terjadi bukan hanya ada kesempatan, namun juga karena tekanan. Tekanan ekonomi membuat seseorang dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan kebutuhan hidup. Sehingga terjadilah pencurian, penjambretan, bahkan perampokan yang berakhir dengan pembunuhan. Instabilitas ekonomi ini menyebabkan keamanan masyarakat terancam.
            Mudik adalah fenomena realitas sosial budaya dan ekonomi yang walaupun tidak ada dasar di dalam ajaran agama namun seolah telah menjadi ritual wajib. Ajang silaturahim terbesar di dunia yang hanya ada di Indonesia. Bukti nyata bahwa di negara ini azas kekeluargaan tetap hidup lestari walaupun justru sering dinafikan para pemimpin, pejabat dan wakil rakyat demi kepentingan sesaat yang sesat sehingga setiap tahun kita melihat bagaimana negara ini gagal melakukan penataan manajemen untuk melayani para pemudik secara layak, aman, nyaman dan bermartabat. Yang kita lihat selalu hanya keruwetan dan berbagai tragedi kemanusiaan yang seharusnya dapat diantisipasi sehingga tidak perlu terjadi.13
Fenomena mudik ini seharusnya harus membuat semua pihak lebih peka terhadap masalah-masalah yang ditimbulkan. Tidak hanya pemerintah, masyarakat pun turut berpartisipasi. Munculnya akar permasalahan mudik timbul karena tidak adanya keseimbangan dalam berbagai hal. Bila pihak pemerintah dan masyarakat dapat bekerja keras dan bekerja sama secara efisien, niscaya masalah mudik akan dapat teratasi. Sehingga nanti tidak akan ada lagi arus urbanisasi yang menekan laju pertumbuhan penduduk, stabilitas ekonomi mulai menunjukkan perubahan ke arah yang lebih maju, dan risiko berjatuhannya korban Laka Lantas (kecelakaan lalu lintas) dapat diantisipasi.
2.3 Mengatasi Mudik
Tradisi mudik bukanlah tradisi yang salah akan tetapi jika pada kenyataannya tidak berjalan dengan baik bukanlah hal yang benar juga. Bagi para pemudik ada baiknya tidak selalu memaksakan diri untuk melakukan tradisi ini. Mudik tidak harus dilakukan pada hari kemenangan saja. Sesuai kan kondisi ekonomi, kesehatan dan beberapa factor lain sebelum memutuskan untuk melakukan mudik. Karena kesehatan keluarga lebih penting daripada keinginan untuk bertemu namun berakhir tidak sesuai dengan keinginan.
Menjadi pribadi yang lebih selektif dalam mengambil keputusan akan lebih baikk.
























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
            Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa kategori yaitu:
Tradisi mudik yang menjadi ciri khas kaum muslim bagi masyarakat Indonesia menjelang hari kemenangan tidak sepenuhnya berjalan sesuai yang diharapkan karena beberpa hal yang dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan, kondisi tubuh yang tidak baik dan keadaan ekonomi yang tersedak.
Mudik atau pulang ke kampung halaman akan lebih baik dilakukan dengan memperhatikan beberapa factor internal seperti kondisi ekonomi, kesehatan keluarga dan kesiapan fisik juga factor external yaitu kondisi jalan dan jarak yang akan ditempuh.
 3.2 Saran
Bertemu keluarga saat hari kemenangan memang hal yang sangat menyenangkan namun, tetap harus bisa memprioritaskan hal yang memang seharusnya diprioritaskan. Kesehatan dan keutuhan keluarga lebih penting daripada keinginan yang besar tanpa memperhatikan keadaan sekitar. Mudik dengan kondisi dan keadaan yang baik sangat sangat diperlukan.










Daftar Pustaka


http://muhammadzeiin.blogspot.co.id/2014/01/budaya-mudik-di-indonesia.html

Wednesday, July 13, 2016

Manusia dan Tanggung Jawab


MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

Manusia dan Tanggung Jawab

            Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
            Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban terbatas
b) Kewajiban tidak terbatas

       A.    Pengertian  Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang berani menghadapi masalahnya sendiri.

      B.     Macam-Macam Tanggung Jawab

Ada beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :
1.       Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri
     Tanggung jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
2.       Tanggung Jawab Terhadap Keluarga
       Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggungjawab pada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3.       Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
     Pada hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian, manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
4.       Tanggung Jawab Kepada Bangsa / Negara
         Setiap manusia atau individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma dan aturan. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatannya salah, dan melanggar aturan dan norma tersebut, maka manusia itu harus bertanggung jawab kepada bangsa atau negaranya.
5.       Tanggung Jawab terhadap Tuhan
         Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai tanggungjawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap sesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.

     C.    Pengabdian dan Pengorbanan
            Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggungjaab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada keluarga.  Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada uhan, dan merupakan perwujudan tanggungjawab kepad Tuhan.

Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung keikhalasan yangtidak menganadung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesame kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepaa sesame teman..
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan sja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.



Wednesday, June 29, 2016

Manusia dan Pandangan Hidup

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

 1. Pengertian Pandangan Hidup
      Menurut Koentjaraningrat dalam buku Ilmu Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup (World View) adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selekif oleh individu dan golongan di dalam masyarakat.

      Menurut Manuel Kaisiepo dalam buku Ilmu Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.

Menurut Lenski dalam buku Ilmu Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup merupakan bagian dari ideologi.

Secara umum Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.

Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang.


Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
            4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam       pandanga   hidupnya.
5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.

Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan hidup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.

Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia yang mana mencerminkan diri seseorang. Pandangan hidup tersebut dapat digunakan dalam menjalani hidup. Pandangan hidup itu juga bisa diimplementasikan sebagai hasil-hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman, fakta, dan sikap meyakini sesuatu yang diringkas sebagai pegangan, pedoman, petunjuk atau arahan.

Pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yang terdiri dari 3 macam, yaitu:

1. Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2. Pandangan hidup yang berupa Ideologi, yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.




Pandangan hidup mempunyai 5 unsur-unsur, yaitu:

     1. Cita-cita apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.
     2. Kebajikan segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai dan tenteram.
     3. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan.
     4. Keyakinan atau kepercayaan, merupakan hal terpenting dalam hidup manusi
     5.  Etika


        1. Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan, yang selalu ada dalam pikiran. Cita-cita merupakan pandangan masa depan dan pandangan hidup dimasa yang akan datang.
Faktor manusia yang ingin mencapai cita-citanya ditentukan oleh kualitas manusianya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang apabila berhasil akan menimbulkan kepuasan.
      Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang
menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
      yang merintangi.
       2. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan adalah suatu perbuatan yang mendatangkan kesenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral yang sesuai dengan norma-norma agama dan etika.
Manusia berbuat baik karena pada hakekatnya manusia itu baik. Makhluk bermoral atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Manusia adalah sebuah pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur tersebut terpisah bila manusia meninggal. Manusia mempunyai kepribadian oleh karena itu ia mempunyai pendapat sendirian ia mencintai dirinya, perasaannya dan cita-citanya. Untuk dapat melihat kebajikan kita harus melihat dari 3 segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat dan manusia sebagai makhluk Tuhan.

Suara hati adalah semacam bisikan didalam hati yang mendesak seseorang untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia.
      Kebajikan adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan Tuhan. Kebajikan berarti:berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
      tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak meransang bagi yang melihatnya.







       3.  Usaha dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau berusaha. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, maka ia harus bekerja keras. Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani bahkan dengan keduanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia iri, miskin dan melarat bahkan menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai seorang manusia.


       4. Keyakinan atau Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat, yaitu:
1. Aliran Naturalisme, aliran ini berintikan spekulasi mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak. Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dari nature dan itulah ciptaan Tuhan. Bagi yang percaya adanyaTuhan, itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah ciptaan Tuhan karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada 2 macam, yaitu:
a. Ajaran agama yang dogmatis, disampaikan Tuhan melalui ajaran para nabi.
b. Ajaran agama dari pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran manusia
sifatnya relatif.
2. Aliran Intelektualisme, besar aliran ini adalah logika atau akal. Akal berasal dari bahasa Arab yaitu qolbu yang berpusat dihati, sehingga timbullah istilah “hati nurani” artinya daya rasa.
3. Aliran gabungan, dasar aliran ini adalah perbuatan yang gaib dan akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan benar tidaknya sesuatu. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul 2 kemungkinan pandangan hidup yaitu : pandangan hidup sosialisme dansosialisme
religius.


Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yaitu: 
1. Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia dan tahap hidup pertama dari setiap individu. Sebagai seorang muslim kita mengenal pandangan hidup yaitu alquran dan hadist serta ijamak Ulama yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2. Mengerti, mengerti disini dimaksudkan pada mengerti tentang pandangan hidup.
3. Menghayati, menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup.
4. Meyakini, merupakan suatu hal yang cenderung memperoleh suatu kepastian  sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya.
5. Mengabdi, merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya sendiri lebih dari orang lain.
6.  Mengamankan, merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.

        5.  Etika
Istilah etika dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan dan adat. Jadi, hampir sama dengan pengertian moral yang berarti cara hidup atau adat. Etika dipergunakan dalam mengkaji suatu system nilai yang ada, misalnya etika itu sesuai atau tidak dengan norma yang berlaku. Sedangkan moral dipergunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, misalnya beramal merupakan perbuatan yang bermoral, sedangkan mencuri merupakan perbuatan yang tidak bermoral. Jadi, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sebaiknya manusia hidup dalam masyarakat, apa yang baik dan apa yang buruk; segala ucapan harus senantiasa berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan tentang peri keadaan hidup dalam arti kata seluas-luasnya.
Penentuan segala sesuatu dalam masyarakat untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Karena, norma merupakan aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan sesuatu, benar atau salah, baik atau buruk.


2. Macam-Macam Pandangan Hidup
Dalam buku berjudul Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis bahwa macam-macam pandangan hidup yang disusun oleh Drs.M.Ngalim Purwanto (2007:23) berdasarkan sumbernya,dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok,yaitu :

1. Pandangan hidup berupa agama (pandangan hidup muslim). Pandangan hidup ini memiliki kebenaran mutlak. Sebagai contoh, pandangan hidup muslim(orang islam) bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah(sikap, perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad saw)

2. Pandangan hidup berupa ideologi merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu Negara atau bangsa. Misalnya ideologi Pancasila dapat merupakan sumber pandangan hidup, sebagaimana halnya P4

3. Pandangan hidup berupa hasil perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup, misalnya aliran-aliran kepercayan.